Tanggapan Negara maju tentang Dunia Pendidikan di Indonesia

Kamis, 14 Oktober 2010
PERBANDINGAN UNTUK MUTU PENDIDIKAN
DI INDONESIA

Mutu pendidikan di Indonesia dibandingkan dengan mutu pendidikan di luar negeri sangatlah berbeda jauh. Pendidikan di Indonesia jauh tertinggal dengan negara-negara maju lainnya. Hal yang dapat kita lakukan adalah membandingkan dan berkaca diri dengan pendidikan luar negeri. Putrawan (2009) menyatakan “perbandingan ini dilakukan agar kita memiliki acuan untuk memperbaiki apa yang masih menjadi kelemahan kita”.
Bangsa Indonesia harus mampu meletakkan pendidikan sebagai prioritas yang utama karena pendidikan dapat membentuk kepribadian seseorang menjadi cerdas, bermutu dan berakhlak mulia. Soedijarto (2007) menyatakan sebagai berikut.

Bangsa-bangsa yang sekarang termasuk dalam gugusan negara maju, seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang, dan sekarang disusul oleh Cina, India, Malaysia, Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan adalah negara-negara yang sejak mulai pembangunannya mendudukkan pendidikan sebagai prioritas pertama. Negara-negara ini menganut paradigma ‘To Build Nation Build School’.

Banyak negara yang dapat dibandingkan mutu pendidikannya dengan Indonesia dan dapat menjadi cermin untuk lebih majunya pendidikan di Indonesia. Di kawasan Asia, kita dapat membandingkan dengan Jepang dan India. Di kawasan Eropa, kita bisa membandingkan dengan Inggris dan Prancis. Dengan perbandingan, kita dapat mengetahui apa kekurangan pendidikan di Indonesia. Putrawan (2009) menyatakan “jangan hanya merasa cukup bangga diri ketika misalnya lebih tinggi dari Filipina, Timor Leste, atau Papua Nugini”. Bangsa Indonesia harus terus maju, berkembang dan bersaing dengan negara-negara maju lainnya.
Banyak negara yang dapat kita jadikan acuan dan motivasi yang membuat kita semakin maju dalam pendidikan, salah satunya yaitu India. Putrawan (2009) menyatakan bahwa pemerintah India memberikan subsidi dalam bidang pendidikan dengan jumlah yang sangat besar diantaranya yaitu pemberian subsidi kertas. Selain itu, mereka juga melakukan kerja sama dengan penerbit-penerbit luar negeri seperti Penguin Books yang mempermudah mareka untuk mencetak buku di negeri sendiri.
India yang kita ketahui padat penduduknya bisa melakukan hal yang begitu bermanfaat untuk negaranya dalam bidang pendidikan yang membuat harga buku di negara mereka menjadi lebih murah. Hal yang dilakukan India semacam ini dapat kita jadikan contoh untuk perkembangan mutu pendidikan di Indonesia. Selain itu, di India Putrawan (2009) menyatakan “untuk pelajar, mereka mendapatkan kartu abonemen … yang dapat digunakan untuk naik bus pemerintah secara gratis, selama empat bulan, kemana saja. Kartu abonemen itu berlaku untuk pegawai negeri, tentara, manula, dan orang cacat”.
Negara lain yang dapat dijadikan cermin adalah Jepang. Putrawan (dalam cummings, 2009) menyatakan “keberhasilan Jepang memajukan pendidikan karena beberapa faktor, yakni perhatian terhadap pendidikan yang muncul dari berbagai pihak, biaya pendidikan di Jepang tidak mahal, tidak ada diskriminasi terhadap sekolah-sekolah tertentu”. Dengan begitu, anak-anak Jepang menerima pendidikan yang cukup baik dan layak. Putrawan (2009) menyatakan sebagai berikut.

Kurikulum sekolah di Jepang sangat berat, sekolah juga menjadi bagian penting dari pendidikan, guru terjamin tidak akan kehilangan jabatan, guru penuh dedikasi, guru memiliki kesadaran wajib memberi pendidikan ‘manusia seutuhnya’, serta guru di Jepang dapat bersikap adil terhadap seluruh anak didiknya.

Selain India dan Jepang kita dapat belajar dari keadaan di Inggris yang begitu padat penduduknya. Minat sekolah anak-anak inggris cukup tinggi. Di Inggris, Tahalele (1975) menyatakan bahwa umur tamat sekolah ditentukan lima belas tahun … hampir separuh dari jumlah anak-anak secara sukarela tetap bersekolah setelah berumur limabelas tahun. Jika dibandingkan dengan anak-anak Jepang, semangat dari anak-anak Indonesia untuk bersekolah juga tidak jauh berbeda. Namun, banyak hambatan-hambatan yang di hadapi anak-anak Indonesia dalam menggapai cita-cita mereka. Tahalele (1975) menyatakan bahwa anak-anak Indonesia banyak yang mengalami putus sekolah. Hal itu disebabkan oleh banyak faktor. Faktor yang paling utama yaitu masalah ekonomi dan fasilitas yang tersedia tidak cukup untuk menampung mereka.
Dengan perbandingan-perbandingan dari berbagi sudut diharapka mutu pendidikan di Indonesia dapat menjadi lebih baik dan terus berkebang. Tanpa pendidikan dan tanpa penyesuaian dengan perkembangan zaman negara Indonesia akan lebih jauh tertinggal dari negara-nagara maju lainnya. Karena sesungguhnya rakyat yang semakin cerdas, hari sekarang dan hari depan akan semakin lebih bahagia dan berguna.

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar